Postingan

Kau Hampir Memberikannya

Aku merekam sesuatu... Sesuatu yang sejujurnya, aku harap aku tidak pernah lihat. Sesuatu yang sampai sekarang masih berputar di kepalaku, seperti film pendek yang tidak aku pilih untuk saksikan, tapi terpaksa aku tonton sampai selesai. Aku melihat caramu bersikap padanya. Dan aku tidak marah. Tidak perlu. Karena pada akhirnya, yang pandai menyembunyikan sesuatu biasanya juga pandai menyusun alasan. Ternyata, murah juga ya—sikap spesial mu itu. Kau menyebutnya biasa saja, padahal dari caramu menatap, dari cara kau menjaganya tetap nyaman, dari caramu rela bersikap manis lebih dari biasanya... semua itu tak lagi terasa biasa, terlihat begitu tulus—lebih dari yang biasa aku dapatkan. Tapi sungguh, aku mengerti. Kau memang tipe yang hangat. Sayangnya, kehangatan yang tidak tahu batas sering kali justru membakar rumah yang seharusnya kau jaga. Aku diam. Seperti yang selalu kau harapkan dariku. Agar aku terlihat dewasa, tidak mudah cemburu, dan bisa mengerti tanpa harus kamu jelaskan apa pu...

Dunia Terlalu Berisik

Dunia ini sudah terlalu berisik, Suara-suara tak henti menggelegar, Dalam hiruk-pikuk yang terusik, Kadang, kita lupa untuk mendengar.   Kata-kata terlempar tanpa arah, Mengisi ruang dengan kebisingan, Riuh rendah tak kenal lelah, Mengaburkan hati dan perasaan.   Di tengah keramaian yang hingar, Aku rindu sunyi yang menenangkan, Mencari tenang di antara gegar, Menemukan makna dalam keheningan.   Mari sejenak kita hening, Mendengarkan bisikan hati, Mengisi jiwa dengan bening, Di dunia yang sudah terlalu bising ini.

Menjadi Manusia

Di tengah dunia yang ramai,  Aku belajar bisu di antara riak. Mengisi kata dengan makna, tenang, tanpa gaduh. Meniti sunyi, meresapi makna yang lekat. Ada saatnya suara menjadi bayang, Kadang tak perlu di dengar, Diam bisa lebih dalam dan jelas. Seperti embun pagi yang lembut menggiring. Hening bukan berarti tak ada kata, Hanya memilih kata yang berarti. Dalam hening,  Hati berbicara nyata. Menjadi senyap, bukan lari dari nyata, Tapi meresapi, dan memaknai setiap jeda. Berusaha menjadi manusia yang tidak berisik, Damai, penuh cinta. Dalam tenang, ku temukan makna, Kebenaran berbicara, mengalir lembut dalam setiap tarikan napas. Dalam diam, ku temukan damai yang mengada, Menjadi tenang, menjadi bijak, menjadi manusia.

Masih Terikat

Dalam peluk masa lalu yang kamu simpan, aku mencintaimu, namun kamu masih terikat. Bayang-bayang kenangan, seperti hantu yang setia, menghalangi kita meraih cinta yang baru. Aku mencintaimu, dengan hati yang tak terbatas, namun terasa, kamu masih berdansa dengan bayang masa lalu. Cinta kita seperti sebatang sungai yang terpisah, antara sekarang dan jejak yang kamu bawa. Bisik cinta baru kita terdengar samar, di antara lapisan kenangan yang kamu pelihara. Mungkin waktu akan jadi saksi perubahan, ketika cinta lama beranjak, memberi ruang pada yang baru tercipta. Aku mencintaimu, meski masa lalu membelenggu, namun harapanku tumbuh, seperti bunga yang tak pernah layu. Biarkanlah hati kita jadi penjaga waktu, menyulam cinta baru diantara beban masa lalu yang kau bawa.

a love that mends

In love's delicate dance, she gives her heart, A symphony of emotions, a work of art. Her love for him, a flame burning bright,  Yet shadows linger in the depths of night. He, haunted by echoes of a love once known, Torn between worlds, emotions overthrown. She's the sun that warms his days anew, Yet the past's ghost casts shadows true. She loves him fiercely, a river so deep, In her heart, promises eternally keep. But his gaze, a distant, lingering stare, Caught in the web of a past affair. Her love unwavering, a steadfast flame, Yet his heart strays, caught in a old name. She deserves a love wholly her own, A garden of joy where seeds are sown. In the tapestry of love, threads may fray, Yet her strength and grace light the way. For she is poem, beautifully composed, In love's story, her heart exposed. May she find solace in the love she gives, A love that in her own heart lives. For if he can't cherish the love she imparts, She deserves a love that mends, not depa...

Heaven has a new angel

You rest in the arms of angels,  in a place of peace and love,  watching over me, from the heaven above. I know somewhere among the stars and the angels,  you are there holding my hand and loving me in spirit, this thought keeps me going, because, I know love is eternal even if the body isn't. I watched your last breath, I watched my life fade from your eyes, I rested my head on your chest, hoping to feel your heartbeat. Allah saw you getting tired, and a cure was not to be, so he puts his arms around you,  and say “come to me”, with tearful eyes I watched you passed away. A golden heart stop beating, Your wings were ready, but my heart was not. Now, I have to remember you, for longer than I have known you, I know heaven must be beautiful right now, cause they got you.

Sempat ada

masih menjadi pertanyaan di benak ku,  kenapa semesta mempertemukan kita di jalan takdir nya,  kalau akhirnya takdirnya pula yang memisahkan kita? aku yang awal nya sudah yakin dengan jalan cerita kita,  ternyata masih harus terkikis sedikit demi sedikit,  untuk kehilangan diri ini, lagi. apakah kamu merasakan sayang dan rindu ini? apakah kamu merasakan sedih dan kecewa ini? apakah kamu tau ini sakit? ah, mungkin perasaan mu tak cukup untuk merasakan semua ini, aku minta maaf. memang benar, cinta yang hingga meneteskan air mata adalah cinta yang tidak pernah pura-pura,  hati yang selalu mengerti juga akan lelah,  rasa-rasanya sudah harus menerima semua jalan takdir,  bahwa sudah bukan aku lagi yang hidup di masa mu sekarang,  dan bukan aku lagi yang harus senang dengan adanya kamu di dunia ini. tidak ada yang perlu disalahkan, kita hanya dua manusia yang kebetulan bertemu ditengah jalan takdir, aku yang kebetulan datang, dikala kamu sedang kesepia...